Gaji Besar Pemain Bola Dianggap Tak Bermoral
Berlin - Kritik tajam tentang penggunaan uang dalam jumlah besar dalam sepak bola kembali mendapat kritik. Kali ini kritik tajam berasal dari Presiden Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) Theo Zwanziger, yang menyebut gaji besar dan transfer mahal seorang pemain sebagai tindakan tak bermoral.
"Ketika sudah melibatkan sejumlah besar (uang), bagi saya itu tidak bermoral,” kata Zwanziger kepada harian Frankfurter Allgemeine Zeitung. "Tak seorang pun layak dihargai dengan harga jutaan (dolar)."
Selain kritik soal tingginya harga pemain, Zwanziger juga menyayangkan soal kepemilikan klub yang berganti-ganti. Menurutnya, hal itu akan merusak sendi-sendi klub itu sendiri.
"Kita harus bertanya kepada diri sendiri: apakah kita benar-benar menginginkan sebuah sponsor atau syekh membeli klub dan menjualnya kembali? Model seperti ini hanya menimbulkan praktik jual-beli yang berlebihan," tambahnya.
"Uang yang dihasilkan oleh televisi di Spanyol, Italia, dan Inggris, yang berbeda dari kondisi kami di sini, mengarah pada cara yang tak bertanggung jawab di mana pemain dibayar dengan gaji besar, yang bagi kami hanya sebuah mimpi," lanjutnya.
Zwanziger kemudian mencontohkan kepemilikan pribadi atas klub Manchester City oleh Syekh Mansour maupun Chelsea oleh triliuner Roman Abramovich. Baginya, kepemilikan secara individu itu bisa menimbulkan dampak negatif bagi klub karena sang pemilik bisa memperlakukan klub tersebut sesuai ambisi dan keinginan pemilik.
"Saya tidak setuju dengan hal semacam ini dan ini bukan bagian dari citra saya di komunitas olahraga, terutama karena olahraga memiliki peran khusus dalam masyarakat," sanggahnya.
"Olahraga juga soal uang. Olahraga juga sebuah solidaritas dan klub-klub ini membuat kami di Jerman tersenyum karena mereka membuat stabilitas dan tradisi," paparnya. "Jika kami mengizinkan syekh atau sponsor melihat klub-klub ini sebagai tradisi komoditas ekonomi, maka struktur dasar ini akan hilang."
Berbeda dari klub-klub Liga Inggris yang sebagian besar dikuasai oleh pihak asing, klub-klub di Jerman tidak dikuasai secara individu. Ini karena DFB menerapkan peraturan 50+1, di mana seseorang tidak diperkenankan memiliki sebagian besar saham klub secara pribadi.
"Sistem klub di Jerman, yang tak mengizinkan sponsor atau klub sebagai satu-satunya pemilik, tidak akan berubah. Saya yakin itu," pungkas Zwanziger.
0 komentar:
Posting Komentar